Harga lokal akan segera diumumkan, harap ditunggu!
Tahu
+86 021 5155-0306
bahasa:  

Memahami dalam Satu Artikel: Seberapa Pentingkah Selat Hormuz bagi Pasar Energi Global?

  • Jun 17, 2025, at 9:46 am

Dengan pecahnya konflik antara Israel dan Iran, muncul kembali kekhawatiran tentang keamanan Selat Hormuz, arteri energi global yang sangat penting.

Setelah Israel menyerang Iran, pejabat Iran telah mengisyaratkan kemungkinan menutup Selat Hormuz, sebuah pernyataan yang pernah memicu lonjakan tajam harga minyak mentah internasional.

Mengapa Selat Hormuz sangat penting bagi pasar energi global?

Selat Hormuz adalah jalur air yang menghubungkan Teluk Persia dan Samudra Hindia, dan merupakan satu-satunya titik akses ke Teluk Persia.

image

(Citra satelit)

Jalur air sempit ini hanya memiliki lebar 29 mil laut pada titik tersempitnya, namun mengangkut hampir sepertiga pengiriman minyak mentah laut dunia dan seperlima pengiriman gas alam cair (LNG) global. Badan Informasi Energi AS (EIA) menyebutnya sebagai "titik penyempitan minyak paling penting di dunia."

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), sekitar 20 juta barel minyak mentah dan produk olahan melewati Selat Hormuz setiap hari pada tahun 2023, yang mencakup hampir 30% dari total perdagangan minyak dunia. Sekitar 70% dari volume ini ditujukan untuk pasar Asia, dengan pembeli utama termasuk India dan Jepang.

Meskipun ada opsi transportasi pipa alternatif, kapasitasnya terbatas. IEA memperkirakan bahwa kapasitas transportasi minyak saat ini yang dialihkan melalui jalur darat hanya 4,2 juta barel per hari, seperti "Pipa Minyak Timur-Barat" Arab Saudi (yang mengarah ke Laut Merah) dan "Pipa Minyak Mentah Abu Dhabi" UEA (yang mengarah ke Fujairah). Kapasitas transportasi jalur alternatif ini hanya mencakup sekitar seperempat dari volume normal yang diangkut melalui Selat.

Ketergantungan pasar LNG terhadap Selat Hormuz bahkan lebih tinggi. Semua ekspor dari Qatar, eksportir LNG terbesar kedua di dunia, dan UEA harus melewati selat ini.

IEA menyatakan bahwa dalam 10 bulan pertama tahun 2023, total 90 miliar m³ LNG diangkut melalui Selat, yang mencakup 20% dari perdagangan LNG global.

Mengingat bahwa hanya ada beberapa rute alternatif yang layak untuk ekspor LNG Qatar dan UEA, setiap gangguan pengiriman akan sangat memperketat pasokan global. Sekitar 80% ekspor LNG diarahkan ke Asia, sedangkan Eropa menerima sekitar 20%, yang berarti bahwa dalam pasar yang ketat, gangguan seperti itu akan semakin memperburuk persaingan regional.

Seberapa tinggi harga minyak bisa naik jika Selat Hormuz diblokir?

Meskipun pemblokiran penuh Selat Hormuz oleh Iran masih dianggap sebagai peristiwa dengan probabilitas rendah, para analis umumnya percaya bahwa hanya keberadaan ancaman ini saja sudah cukup untuk menyebabkan volatilitas yang signifikan di pasar energi.

Goldman Sachs telah memperingatkan bahwa dalam skenario risiko ekstrem, jika Selat Hormuz mengalami pemblokiran yang berkepanjangan, harga minyak internasional bisa melonjak secara signifikan di atas US$100 per barel.

Bank tersebut memperkirakan bahwa produksi minyak mentah harian Iran saat ini sekitar 3,6 juta barel, dengan produksi kondensat harian sekitar 800.000 barel, dan rata-rata ekspor laut rata-rata 2,1 juta barel per hari sejak awal tahun ini.

Warren Patterson, Kepala Strategi Komoditas di ING, menyatakan bahwa mengingat perkembangan terbaru, pasar telah mulai memperhitungkan premi risiko geopolitik yang lebih tinggi.

Patterson menunjukkan bahwa bahkan gangguan pada ekspor minyak Iran saja sudah cukup untuk mengubah surplus pasokan minyak mentah yang sebelumnya diantisipasi di pasar, berpotensi mendorong harga minyak mentah Brent hingga US$80 per barel.

Dia memperingatkan bahwa skenario yang lebih parah, seperti gangguan dalam pengiriman melalui Selat Hormuz, bisa memiliki dampak yang jauh lebih besar.

"Hampir sepertiga dari minyak yang diangkut melalui laut di dunia melewati titik penting strategis ini," kata Patterson. "Jika ada gangguan yang signifikan terhadap pengiriman ini, harga minyak bisa melonjak hingga US$120 per barel, terutama karena sebagian besar kapasitas cadangan OPEC berada di wilayah Teluk Persia dan akan sulit untuk dimobilisasi dalam skenario seperti itu."

Dia menambahkan, "Eskalasi situasi juga akan berdampak pada pasar gas alam Eropa."

  • Berita Pilihan
Obrolan langsung melalui WhatsApp
Bantu kami mengetahui pendapat Anda.