Menurut laporan media asing, Departemen Perdagangan AS telah meluncurkan putaran baru penyelidikan keamanan nasional terhadap truk kelas menengah dan berat serta komponennya yang diimpor, sebuah langkah yang dapat menyebabkan penyesuaian tarif menyeluruh dalam industri kendaraan niaga. Penyelidikan, yang dimulai berdasarkan Bagian 232 dari Trade Expansion Act, akan menilai apakah meningkatnya ketergantungan AS pada truk teknik, van, dan bus buatan luar negeri menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional. Pendekatan penyelidikan ini mencerminkan tindakan tarif signifikan yang sebelumnya diterapkan di sektor lain industri otomotif.
Penyelidikan yang disebutkan di atas akan mencakup truk dengan berat lebih dari 10.000 pon, komponennya, dan produk turunannya. Kendaraan-kendaraan ini terutama digunakan untuk mengangkut barang di Amerika Utara, bukan truk pickup kelas ringan yang biasa digunakan oleh konsumen. Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa penyelidikan truk dimulai pada 22 April, bertepatan dengan penyelidikan perdagangan lainnya yang mencakup tembaga, kayu, semikonduktor, mineral kritis, dan farmasi.
Inti dari penyelidikan ini terletak pada kemungkinan penerapan tarif impor baru, yang akan berdampak signifikan terhadap negara-negara seperti Meksiko, Kanada, dan Jepang, dengan Meksiko menghadapi dampak terbesar. Sebagai pemasok truk niaga terbesar bagi AS, Meksiko telah melipatgandakan ekspor truk niaganya ke AS sejak 2019. Meksiko adalah rumah bagi 14 produsen truk dan bus utama serta dua produsen mesin, dengan 95% truk traktor Meksiko saat ini diekspor ke pasar AS.
Departemen Perdagangan AS telah memperpanjang periode komentar publik hingga pertengahan Mei, dengan tujuan mengumpulkan umpan balik mengenai apakah produksi truk dan komponen dalam negeri di AS cukup untuk memenuhi permintaan AS. Sementara itu, pejabat pemerintah AS juga sedang mengumpulkan pendapat tentang masalah seperti konsentrasi impor, surplus produksi luar negeri, dan praktik perdagangan yang tidak adil yang berpotensi mendistorsi pasar AS.
Langkah terbaru ini menyusul keputusan Presiden AS Trump awal bulan ini untuk memberlakukan tarif 25% pada kendaraan kelas ringan yang diimpor. Tarif pada komponen otomotif yang diimpor diperkirakan akan diterapkan paling lambat pada 3 Mei, sebuah langkah yang telah memicu oposisi kuat dari industri otomotif. Perwakilan industri telah memperingatkan bahwa hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya dan gangguan dalam rantai pasok kendaraan.
Jika AS menerapkan kebijakan tarif baru pada kendaraan niaga, hal itu akan memberikan tekanan baru pada biaya transportasi pada saat pemerintahan Trump telah menjadikan pengurangan inflasi, terutama harga barang konsumsi, sebagai prioritas utama. Kenaikan biaya kendaraan dapat berdampak pada seluruh jaringan rantai pasok, memengaruhi logistik, usaha kecil, dan operator armada yang bergantung pada kendaraan niaga yang ekonomis.
Produsen mobil global utama juga mungkin terpengaruh. Stellantis, yang memproduksi truk Ram kelas berat dan van niaga di Meksiko, mungkin akan menghadapi peningkatan biaya produksi. Sementara itu, Grup Volvo menginvestasikan $700 juta untuk membangun pabrik truk kelas berat baru di Monterrey, Meksiko, dengan pabrik tersebut diperkirakan akan mulai berproduksi pada 2026. Proyek ini juga mungkin terpengaruh oleh penyelidikan.
Penyelidikan ini menambahkan ketidakpastian baru pada perdagangan otomotif Amerika Utara, yang mengharuskan produsen mobil untuk menimbang peningkatan biaya, perubahan peraturan, dan keputusan strategis jangka panjang mengenai produksi dan pengadaan kendaraan.



