Pada hari Jumat (6 Juni), Bank Sentral India (RBI) secara signifikan menurunkan suku bunga kebijakan acuannya, yaitu sebesar 50 basis poin dari 6% menjadi 5,5%, level terendah sejak Agustus 2022. Suku bunga baru ini berada di bawah ekspektasi median sebesar 5,75% dari survei media, menandai pemotongan suku bunga ketiga berturut-turut oleh RBI sejak Februari.
Gubernur RBI Sanjay Malhotra menjelaskan dalam konferensi pers bahwa bank sentral memilih untuk menerapkan pemotongan suku bunga ini mengingat perlambatan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang "di bawah ekspektasi kami" di tengah lingkungan global yang menantang dan ketidakpastian yang meningkat.
Ia juga mengumumkan bahwa RBI telah memutuskan untuk menurunkan rasio cadangan wajib (RRR) sebesar 100 basis poin menjadi 3%.
Setelah pemotongan suku bunga yang tidak terduga oleh RBI, pasar saham India melonjak, membalikkan penurunan pembukaan sebesar 0,3% menjadi keuntungan saat ini sebesar 0,87%. Selain itu, Indeks Bank Nifty negara tersebut juga naik sebesar 0,95%, karena penurunan RRR diperkirakan akan membebaskan lebih banyak modal bagi bank sentral untuk meningkatkan kredit.

Sikap kebijakan moneter disesuaikan menjadi netral
Inflasi India sebagian besar berada pada tren penurunan, memberikan RBI ruang untuk menurunkan suku bunga. Tingkat inflasi utama terbaru pada bulan April adalah 3,16%, level terendah sejak Juli 2019.
RBI sebelumnya telah merevisi turun ekspektasi inflasinya untuk tahun fiskal saat ini dari perkiraan sebelumnya sebesar 4% menjadi 3,7%, dan Gubernur Malhotra menunjukkan bahwa inflasi kemungkinan akan turun di bawah target.
Namun, mengingat besarnya pemotongan suku bunga, RBI menyatakan bahwa ada ruang yang terbatas bagi kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan dan akan menyesuaikan sikap kebijakan moneternya dari "akomodatif" menjadi "netral".
Gubernur RBI mengatakan, "Mulai sekarang, (Komite Kebijakan Moneter) akan menilai data yang akan datang dan prospek yang berkembang dengan hati-hati untuk merancang arah kebijakan moneter di masa depan, dengan tujuan mencapai keseimbangan yang tepat antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi."
Mengenai prospek ekonomi India, Malhotra menunjukkan, "Ekonomi India menunjukkan gambaran kekuatan, stabilitas, dan peluang."
Namun, bank sentral mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB tahun penuh untuk tahun fiskal saat ini sebesar 6,5%, perlambatan yang signifikan dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan 9,2% pada tahun fiskal sebelumnya. RBI juga menyoroti kekhawatiran pertumbuhan pada pertemuan sebelumnya karena ancaman tarif dari AS.



