Baru-baru ini, XPeng Motors mengumumkan masuknya ke pasar Indonesia, dengan versi kemudi kanan dari model mobil XPeng G6 dan XPeng X9 yang akan menjadi yang pertama masuk pasar. "Memasuki pasar Indonesia merupakan langkah penting dalam rencana XPeng Motors di kawasan ASEAN. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di Asia Tenggara dan pasar kendaraan baru terbesar dengan penjualan mencapai jutaan unit, pasar Indonesia memiliki potensi yang sangat besar," kata XPeng Motors.

Kendaraan listrik baru energi (KLB) adalah bendera bagi produsen mobil China untuk masuk ke Asia Tenggara.
Di Thailand, 88 dari setiap 100 unit mobil listrik yang terjual berasal dari China. Menurut statistik tidak lengkap, produsen mobil China seperti SAIC, GAC, BYD, Great Wall Motor, Wuling, dan Neta Auto, serta perusahaan baterai daya dan perusahaan bahan baku seperti CATL, SVOLT Energy Technology, Gotion High-tech, dan EVE, semuanya memiliki investasi dan kolaborasi terkait di Asia Tenggara.
Jelas bahwa Asia Tenggara muncul sebagai benteng strategis utama bagi merek mobil China untuk go global. Seiring percepatan transisi pasar otomotif regional menuju elektrifikasi, produsen mobil China mengambil inisiatif di lautan biru baru ini dengan wawasan yang tajam dan strategi yang fleksibel.
Beberapa analis percaya bahwa potensi konsumsi pasar otomotif yang sangat besar adalah faktor kunci yang mendorong tekad produsen mobil China untuk masuk ke pasar Asia Tenggara. Sementara itu, pemerintah negara-negara ASEAN memberikan dukungan besar kepada produsen mobil asing untuk mendorong pembangunan industri lokal.
Thailand: Medan Perang Utama untuk Transisi Elektrifikasi
Mengambil Thailand sebagai contoh, penjualan KLB melonjak menjadi 76.000 unit pada 2023, meningkat 680% secara tahunan. Merek China menunjukkan dominasi mutlak: BYD mengamankan posisi teratas dengan 30.650 unit terjual, merebut 40% pasar kendaraan listrik murni (BEV); Neta Auto mengirimkan 12.777 unit, berada di peringkat kedua. Merek China menempati tiga dari lima posisi teratas, secara kolektif memonopoli 80% pangsa pasar, sementara produsen mobil Jepang tradisional hanya memegang kurang dari 1% pangsa pasar BEV, menunjukkan restrukturisasi total lanskap pasar.
Membentuk Matriks Strategis melalui Kolaborasi Multi-Negara
Pasar Indonesia telah menyaksikan popularitas berkelanjutan dari mobil listrik mikro AirEV Wuling, sementara SUV hibrida Great Wall Motor dan model Seres Huawei Smart Selection juga telah mencapai debut yang sukses. Malaysia dan Vietnam telah secara berturut-turut memperkenalkan merek seperti BYD dan Great Wall Motor, dengan produsen mobil China membangun matriks produk yang mencakup seluruh wilayah. Keunggulan kompetitif mereka terletak pada:
· Responsif terhadap Kebijakan: Cepat menyelaraskan dengan insentif pajak dan kebijakan subsidi di berbagai negara, seperti pembebasan pajak pembelian untuk KLB di Thailand
· Cakupan Pasar:Dari mobil kompak terjangkau Wuling hingga model high-end BYD, secara akurat mencakup kebutuhan berbagai segmen konsumen
· Wawasan Strategis:Membangun rantai ekosistem produk yang lengkap ketika merek Jepang dan Korea belum menyelesaikan transisi elektrifikasi mereka
Membangun Parit Industri dengan Investasi Miliaran Dolar
Investasi produsen mobil China di Asia Tenggara dapat digambarkan sebagai "penyebaran besar-besaran":
· Thailand sebagai Pusat Strategis:BYD dan Great Wall Motor masing-masing telah menginvestasikan US$1,4 miliar untuk membangun pabrik, sementara Chery berencana untuk memulai produksi 50.000 KLB pada 2025. Ketiga perusahaan tersebut telah memposisikan Thailand sebagai basis ekspor yang memancar ke seluruh ASEAN.
· Indonesia sebagai Pusat Manufaktur:Pabrik Jakarta SAIC-GM-Wuling memproduksi puluhan ribu KLB setiap tahunnya, dengan AirEV menjadi fenomena lokal.
Persaingan Geopolitik dan Permainan Kebijakan
Perlu dicatat bahwa keunggulan tradisional produsen mobil Jepang di Asia Tenggara dengan cepat terkikis—80% penjualan pasar EV Thailand sekarang dimiliki oleh merek China. Di pasar Timur Tengah dan Asia Selatan, BYD telah memasuki negara-negara seperti Israel dan UEA, dengan merek China mencakup 64% pasar EV Israel pada awal 2024.
Peluang Strategis dan Pilihan Pasar Dibandingkan dengan persyaratan akses pasar yang ketat di pasar Eropa dan AS, Asia Tenggara menunjukkan inklusivitas yang lebih besar terhadap produsen mobil China. Dari dividen kebijakan hingga celah pasar, wilayah ini menjadi batu loncatan penting bagi globalisasi merek mobil China. Dengan peningkatan infrastruktur pengisian daya dan kemajuan lokalisasi rantai industri, produsen mobil China diharapkan terus memperluas pangsa pasar mereka di Asia Tenggara, mengubah keunggulan regional menjadi daya saing global.
Bagaimana produsen mobil China dan Asia Tenggara saling memilih? Mungkin, Anda dapat menemukan jawabannya diKonferensi Rantai Pasokan Otomotif SMM Asia Tenggara (Thailand) 2025yang diselenggarakan oleh SMM di Bangkok, Thailand, pada 16-17 Juni 2025!
Selain itu, sesi pencocokan permintaan suku cadang mobil khusus akan diadakan selama konferensi, di mana produsen mobil utama akan mengeluarkan permintaan pengadaan suku cadang!

Lebih banyak daftar pengadaan terus diperbarui...

Pindai kode QR untuk melihat detail konferensi
[Promosi Konferensi]
Konferensi Rantai Pasokan Otomotif SMM Asia Tenggara Kedua 2025
[Tanggal] 16-17 Juni
[Lokasi] Bangkok, Thailand




