Seiring ekonomi global menyesuaikan diri dengan normal baru di era pasca-pandemi, permintaan tembaga global mencapai puncak tertinggi yang mendorong pertumbuhan harga. Karena logam ini merupakan bahan baku penting untuk berbagai aplikasi industri, tembaga muncul sebagai indikator kemajuan ekonomi di bidang tertentu seperti energi, transportasi, dan elektronik. Arah tembaga pada tahun 2025 akan dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari ledakan produksi kendaraan listrik hingga perubahan kebijakan perdagangan internasional.
1. Transisi Energi Global: Peran Tembaga dalam Teknologi Ramah Lingkungan
Pentingnya tembaga yang semakin meningkat dapat diamati dengan pergeseran global menuju teknologi ramah lingkungan. Tembaga berada di pusat teknologi terbarukan, mulai dari sel surya dan turbin angin yang menghasilkan listrik hingga sistem daya yang mendistribusikan listrik. Pertumbuhan kendaraan listrik (EV), yang menggunakan hingga empat kali lebih banyak tembaga dibandingkan kendaraan mesin pembakaran internal, menjadi salah satu pendorong permintaan terbaik untuk tembaga pada tahun 2025. Permintaan tembaga dari EV di seluruh dunia akan tumbuh menjadi 1,2 juta ton pada tahun 2025, mewakili hampir 5% dari permintaan tembaga dunia, menurut laporan International Copper Study Group (ICSG).
Ekspansi Pasar EV Global Pada tahun 2025, lebih dari 20 juta unit akan terjual di seluruh dunia dalam kendaraan listrik, dibandingkan hanya 3,2 juta unit yang terjual pada tahun 2020, seperti yang diperkirakan oleh International Energy Agency (IEA). Dibutuhkan sekitar 80 kg tembaga untuk memenuhi kebutuhan kabel, motor, dan baterai EV, serta sekitar 23 kg untuk mobil tradisional. Dengan dunia yang semakin fokus pada pengurangan emisi karbon dan menjadi lebih ramah lingkungan setiap harinya, penggunaan tembaga dalam pasar mobil listrik akan terus mendorong kenaikan harga.
2. Tren Ekonomi Global dan Permintaan Tembaga
Pemulihan ekonomi global dari pandemi COVID-19 telah mendorong permintaan tembaga yang mencapai rekor, terutama dalam konstruksi dan pengembangan infrastruktur. Konduktivitas dan fleksibilitas tembaga menjadikannya komponen penting dalam konstruksi, terutama dalam pipa, kabel listrik, serta pemanas, ventilasi, dan pendingin udara. Pengeluaran global untuk infrastruktur akan tumbuh sebesar 4% setiap tahun hingga 2025 karena permintaan modernisasi yang terus berlanjut di ekonomi berkembang dan maju, menurut Bank Dunia.
Konsumen tembaga terbesar di dunia, China, akan mengalami permintaan yang kuat karena terus melakukan urbanisasi dan membangun jaringan listrik ramah lingkungan. Selain menginvestasikan sejumlah besar uang dalam tenaga angin dan surya, China juga membangun infrastruktur kendaraan listrik baru, yang berarti lebih banyak penggunaan tembaga.
Selain itu, revitalisasi ekonomi maju seperti AS dan Uni Eropa, yang investasi publik dan swastanya dalam infrastruktur didorong oleh paket stimulus, juga akan meningkatkan permintaan lebih lanjut. Pemasok tembaga yang andal untuk perusahaan akan memiliki permintaan langsung yang ditujukan kepada mereka, dan jalur pasokan yang stabil menjadi yang paling penting dalam memenuhi proyek-proyek besar tersebut.
3. Masalah Rantai Pasokan dan Dampaknya pada Harga Tembaga
Volatilitas harga tembaga juga biasanya dipengaruhi oleh kondisi sisi pasokan. Tambang penghasil tembaga di negara-negara penghasil tembaga terkemuka seperti Republik Demokratik Kongo (DRC), Peru, dan Chili menghadapi berbagai masalah yang memengaruhi jumlah tembaga yang ditambang dan biaya produksi tembaga. Pemogokan pekerja, undang-undang konservasi, serta gangguan sipil di beberapa distrik pertambangan terbaik adalah beberapa di antaranya. Secara khusus, tren global menuju kebijakan perlindungan lingkungan yang lebih ketat termasuk operasi penambangan meningkatkan biaya produksi.
Sebagai contoh, penghentian produksi tembaga Chili pada tahun 2023 akibat pemogokan dan kekeringan mendorong harga tembaga global mencapai rekor tertinggi. Hal ini akan tetap terjadi pada tahun 2025 karena negara-negara lain menerapkan kebijakan hijau yang memengaruhi operasi penambangan.
4. Tekanan Inflasi dan Kenaikan Biaya Produksi
Inflasi global secara umum, yang didorong oleh kenaikan harga energi dan kekurangan pasokan, juga mendorong kenaikan biaya produksi tembaga. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa, secara global, inflasi untuk tahun 2025 juga akan tinggi, terutama untuk ekonomi terkemuka. Biaya tenaga kerja, biaya pengiriman, dan kenaikan harga energi semuanya secara langsung memengaruhi proses peleburan dan penambangan tembaga.
Kedua, pergeseran menuju teknologi produksi yang lebih bersih, seperti pengurangan penggunaan karbon untuk peleburan, dapat meningkatkan biaya produksi tembaga, dan dengan demikian harga. Tekanan inflasi ini bersama dengan peningkatan biaya penambangan akan mempertahankan harga tembaga yang lebih tinggi pada tahun 2025.
5. Peran Pelaporan Harga Tembaga: Wawasan SMM
Bagi produsen, produsen, atau pedagang tembaga, harga tembaga yang tepat waktu dan akurat adalah kunci untuk pengambilan keputusan yang baik. Di sinilah Shanghai Metals Market (SMM), perusahaan intelijen logam dan analisis pasar terkemuka, berperan. SMM menawarkan berbagai solusi lengkap untuk membantu pemangku kepentingan mendeteksi volatilitas harga tembaga dan tren pasar.
Melalui penyediaan informasi masa lalu dan masa depan tentang harga tembaga, SMM memungkinkan klien untuk memprediksi arah harga berdasarkan keseimbangan penawaran-permintaan. Laporan Mingguan Tembaga SMM memberikan informasi analitis tentang pasar tembaga untuk arah harga spot, inventaris tembaga, dan perkiraan produksi tembaga dunia. Pada 25 Februari 2025, SMM menetapkan harga SMM 1# Copper Cathode antara $9.341,82 dan $9.368,57 per metrik ton, mencerminkan tekanan yang berkelanjutan pada sisi permintaan dan penawaran tembaga.
6. Dampak Harga Tembaga pada Bisnis
Arah harga, saat membuat keputusan jangka panjang, sangat penting dalam bisnis yang bergantung pada tembaga seperti elektronik atau energi terbarukan. Produsen yang sensitif terhadap harga tembaga adalah mereka yang memproduksi peralatan perangkat elektronik, kendaraan listrik, dan peralatan terbarukan. Kenaikan harga tembaga menyebabkan kenaikan biaya produksi, yang biasanya dibebankan kepada pelanggan dalam bentuk barang dengan harga lebih tinggi.
Sebagai contoh, kenaikan 10% dalam harga tembaga dapat menambah biaya produksi mobil listrik hingga $150. Perusahaan yang menggunakan tembaga perlu tetap waspada terhadap berita pasar, perkiraan, dan harga untuk tetap mengendalikan biaya pengadaan dan daya saing harga.
Kesimpulan: Apa yang Diharapkan pada Tahun 2025
Menuju tahun 2025, pasar tembaga akan tetap sangat fluktuatif. Sebanyak konstruksi infrastruktur dunia dan revolusi energi akan mendorong permintaan besar-besaran, tekanan inflasi dan faktor sisi pasokan akan terus memengaruhi harga tembaga. Bisnis yang harus tetap selangkah lebih maju dari tren tersebut harus didasarkan pada data dan analisis yang solid dari sumber terpercaya seperti SMM untuk mengoptimalkan rencana pembelian tembaga mereka.
Dengan sensitivitas pasar tembaga dan penerapan pengetahuan ahli, perusahaan bisnis akan mendapatkan manfaat terbesar karena harga tembaga akan mengalami lebih banyak kenaikan pada tahun 2025.



