Pada Kamis, 26 Juni, kepala asosiasi industri utama Peru, SNMPE, menyatakan bahwa ancaman terbesar bagi upaya Peru untuk lebih memanfaatkan cadangan bijih tembaga yang besar adalah meningkatnya jumlah aktivitas pertambangan informal dan ilegal.
Peru telah turun ke peringkat ketiga dalam peringkat produksi tembaga global dan mengalami penurunan produksi pertama dalam lima tahun tahun lalu. Julia Torreblanca, presiden SNMPE, mengatakan bahwa produksi harus pulih dan tumbuh tahun ini, meskipun dengan tingkat yang relatif kecil, mencapai rekor 3,4 juta mt pada akhir dekade ini.
Torreblanca mengatakan bahwa, sebagian besar, hal ini bergantung pada penekanan aktivitas pertambangan informal yang mengganggu konsesi, sebuah tren yang telah membuka pintu bagi kelompok kriminal.
Lebih dari 20 perusahaan, termasuk Southern Copper Corp., MMG Ltd., First Quantum Minerals Ltd., dan Teck Resources Ltd., telah terpengaruh, dan investasi bernilai puluhan miliar dolar AS akan bergantung pada kemampuan negara tersebut untuk menangani masalah ini.
"Kekhawatiran terbesar bagi investor adalah meningkatnya aktivitas informal," katanya dalam sebuah wawancara pada Rabu. Ia mencatat bahwa, selain masalah keamanan, hambatan lain bagi investasi pertambangan adalah prosedur administrasi yang rumit.
Memang, produksi tembaga informal masih dapat diabaikan dibandingkan dengan produksi formal. Namun, pemerintah Peru telah mulai mengakui keberadaan pertambangan tembaga informal berskala besar dan telah memperingatkan bahwa harga tinggi dapat menyebabkan peningkatan aktivitas tersebut dalam waktu dekat.
Konflik antara pemilik properti dan pemegang konsesi telah menjadi masalah kritis, dan pemerintah berusaha untuk menemukan keseimbangan. Cadangan bijih tembaga dan emas Peru yang kaya telah menarik ratusan ribu penambang skala kecil, yang sebagian besar beroperasi di daerah di mana mereka tidak memiliki hak pertambangan. Diperkirakan bahwa 40% dari ekspor emas Peru berasal dari tambang informal.
Banyak yang menggunakan proses pendaftaran sementara yang disebut Reinfo, yang memungkinkan mereka untuk beroperasi sambil menjalani proses formal. Program tersebut akan berakhir pada akhir 2025, tetapi industri secara umum menentangnya, dengan alasan bahwa izin tersebut berfungsi sebagai penutup untuk aktivitas ilegal.
Sekarang, sebuah proposal legislatif tentang pertambangan rakyat dan skala kecil, yang dikenal sebagai undang-undang MAPE, telah diajukan ke Kongres. Namun, para ahli industri memperingatkan bahwa rancangan undang-undang yang saat ini sedang dibahas bisa berujung pada legalisasi aktivitas informal dan semakin merusak upaya untuk memformalkan aktivitas tersebut.
"Ini adalah masalah besar," kata Torreblanca.
(Wenhua Comprehensive)




