Investor miliarder Gundlach, yang dikenal sebagai "Raja Obligasi," menyatakan bahwa kenaikan harga emas yang memecahkan rekor masih jauh dari berakhir. Ia memperkirakan bahwa harga emas bisa mencapai $4.000 per ons, atau naik 20% dari level $3.345 yang terlihat pada Jumat sore.
Pada Jumat, setelah sempat turun ke level terendah baru $3.275, harga emas bangkit kembali dengan kuat dan kembali berada di atas rata-rata bergerak 20 hari. Pedagang mencatat bahwa jika harga emas dapat terus bangkit kembali, mereka diperkirakan akan mempertahankan momentum kenaikan yang dipicu pada hari Senin.
Gundlach memberikan beberapa dukungan teoritis untuk harapan ini. Ia menunjukkan bahwa volatilitas yang berkaitan dengan tarif telah secara mendasar mengubah persepsi pedagang terhadap logam mulia, dengan emas tidak lagi dipandang sebagai alat spekulasi bagi pedagang jangka pendek atau sebagai aset jangka panjang bagi kaum yang ingin bertahan hidup.
Ia percaya bahwa karena kekhawatiran akan ketidakstabilan geopolitik, termasuk faktor-faktor seperti tarif, serta skala utang AS yang sudah ada, pasar telah memandang emas sebagai aset moneter yang asli.
Gundlach menambahkan bahwa lingkungan pasar saat ini untuk aset berisiko lainnya, seperti saham, sangat menantang. Kemungkinan terjadi keruntuhan pasar saham AS dalam waktu dekat, dengan S&P 500 bisa saja jatuh ke 4.500 poin. Hal ini akan berarti penurunan 20% dari level saat ini. Dalam jangka menengah, investor berada dalam pasar yang menghindari risiko.
Konsolidasi yang Sehat dan Kenaikan yang Signifikan
Analis telah menunjukkan bahwa sejak Trump mengumumkan kemenangannya dalam pemilihan presiden AS 2024, setiap koreksi harga emas dimulai dengan penurunan tajam, tetapi telah didorong kembali naik oleh ekspektasi kenaikan jangka panjang yang kuat, dengan waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kerugian secara bertahap berkurang.
Konsolidasi yang sehat dalam harga emas kemungkinan akan terus berlanjut dalam jangka pendek hingga menengah, tetapi faktor-faktor struktural yang mendukung kekuatan emas tetap ada: dolar AS yang lebih lemah dan fluktuasi imbal hasil obligasi AS, upaya de-dollarisasi yang sedang berlangsung oleh bank sentral BRICS, kekhawatiran akan defisit fiskal AS yang terus membengkak, serta masalah geopolitik di Ukraina, Timur Tengah, dan sekarang antara India dan Pakistan.
Menurut data dari World Gold Council, ukuran pasar global ETF emas fisik meningkat sebesar $11 miliar pada bulan April menjadi $397 miliar, menandakan minat beli yang kuat.
JPMorgan Chase juga sekali lagi menaikkan ekspektasi harga emasnya. Ahli strategi komoditas Natasha Kaneva memperkirakan bahwa dalam beberapa tahun mendatang, harga emas bisa mencapai level ambisius sebesar $6.000 tanpa banyak usaha, yang merupakan kenaikan sekitar 80% dari level saat ini.



