Baru-baru ini, merek mobil mewah Inggris Aston Martin mengumumkan kinerja kuartal pertama (Q1) mereka, dengan total pendapatan sebesar 233,9 juta pound sterling, menurun 13% secara tahunan, terutama karena pengiriman model mobil edisi terbatas yang lebih rendah.
Laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) yang telah disesuaikan mencatat kerugian sebesar 4,4 juta pound sterling, jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan laba sebesar 13 juta pound sterling. Hasil ini didorong oleh kinerja campuran produk yang lemah dan peningkatan investasi dalam kualitas kendaraan, meskipun biaya operasional turun 13% secara tahunan, yang sebagian mengimbangi faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut. Kerugian laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang telah disesuaikan melebar menjadi 64,5 juta pound sterling, dibandingkan dengan kerugian sebesar 57,1 juta pound sterling pada periode yang sama tahun lalu. Kerugian sebelum pajak yang telah disesuaikan adalah 79,8 juta pound sterling, lebih rendah dari kerugian sebesar 110,5 juta pound sterling pada periode yang sama tahun lalu dan juga di bawah ekspektasi rata-rata analis sebesar 89 juta pound sterling.
Total volume grosir Aston Martin pada Q1 adalah 950 unit, meningkat tipis 1% secara tahunan, dengan model mobil inti yang tumbuh 4% menjadi 936 unit, sedangkan model mobil edisi terbatas menurun tajam sebesar 69% menjadi 14 unit.
Aston Martin memperkirakan kinerja akan membaik pada kuartal berikutnya dan telah mengkonfirmasi prospek kinerja tahunan mereka.
CEO Aston Martin Adrian Hallmark menyatakan bahwa perusahaan akan berbagi biaya tambahan dari tarif AS dengan pelanggan, menyerap persediaan yang ada di AS, dan membatasi pengiriman ke AS untuk mengurangi dampak tarif.
Selain itu, perusahaan sedang mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengatasi situasi tarif yang terus berkembang dan berencana untuk mengumumkan kemungkinan penyesuaian strategi harga pada pertengahan hingga akhir Mei. Hallmark mengatakan, "Kami tidak akan menyalurkan dampak penuh (tarif) kepada pelanggan, dan perusahaan juga tidak akan menanggungnya semua; sebaliknya, kami akan mengadopsi pendekatan yang seimbang."
Ia mencatat bahwa dealer AS memiliki persediaan yang cukup untuk mempertahankan pasokan pasar hingga awal Juni.
Aston Martin baru-baru ini menyesuaikan rencana produksinya untuk mengirim lebih banyak mobil ke AS sebelum tarif mulai berlaku, yang memungkinkan perusahaan untuk menilai kemajuan negosiasi tarif dan tanggapan pesaing sebelum menyesuaikan strateginya. Dilaporkan bahwa lebih dari sepertiga pendapatan perusahaan berasal dari pasar AS.
Analis menyatakan bahwa persediaan mobil yang melimpah di diler AS memberi Aston Martin keunggulan dibandingkan pesaingnya.
Mereka juga mengatakan, "Mempertahankan panduan kinerja sepanjang tahun yang tidak berubah dan sedikit melampaui harapan arus kas bebas adalah sorotan utama dari laporan laba Aston Martin, yang diperkirakan akan mendapatkan umpan balik pasar yang positif."
Didorong oleh berita ini, harga saham Aston Martin naik sebesar 4,2% pada satu titik, meskipun telah turun lebih dari sepertiga tahun ini.
Di tengah latar belakang produsen mobil Eropa yang umumnya menurunkan harapan kinerja mereka karena dampak tarif, laporan keuangan kuartalan Aston Martin muncul sebagai sorotan langka. Sementara Stellantis, Porsche, Volkswagen, dan Mercedes-Benz semuanya telah menarik atau menurunkan harapan mereka di tengah volatilitas tarif, perusahaan ini telah mempertahankan target sepanjang tahunnya tidak berubah.
Namun, sejak go publik pada 2018, produsen mobil sport mewah ini telah berjuang untuk mencapai terobosan, sehingga mengalami kerugian bertahun-tahun dan utang yang membengkak, mendorong perusahaan untuk melakukan beberapa kali pendanaan ekuitas dan PHK.
