Di bawah ini, kami membahas secara singkat peluang strategis Indonesia di bawah larangan ekspor DRC.
1. Mekanisme Transmisi Harga di Bawah Dampak Kebijakan
Pemasok kobalt terbesar di dunia, DRC, mengumumkan penangguhan ekspor kobalt selama empat bulan untuk mengatasi harga kobalt yang terus rendah akibat surplus pasokan di pasar internasional. Kontraksi pasokan yang diharapkan telah memberikan efek pasar yang nyata.
1. Transmisi Harga Spot: Setelah pengumuman larangan tersebut, harga jual kobalt di pasar spot melonjak, secara signifikan meningkatkan margin keuntungan produsen kobalt. Sejak pengumuman kebijakan hingga saat ini, harga rata-rata kobalt sulfat SMM naik 31% MoM. Selain itu, harga dan koefisien kobalt dalam MHP Indonesia meningkat 5 poin persentase, mendorong keuntungan lebih tinggi bagi produsen MHP.
2. Optimisme yang Meningkat untuk Proyek MHP Indonesia Mendatang: Pergeseran ke atas pada pusat harga kobalt kemungkinan akan merangsang antusiasme untuk pembangunan proyek MHP Indonesia.
2. Perubahan Struktural dalam Lanskap Pasar Global
1. Dampak pada Pasokan DRC: Berdasarkan volume ekspor kobalt DRC tahun 2024, penangguhan selama empat bulan setara dengan 60,000 mt kobalt olahan.
2. Kapasitas Substitusi Indonesia: Dalam hal produksi MHP, menurut data pemrosesan SMM, produksi MHP Indonesia pada 2024 diperkirakan sekitar 315,000 mt (Ni terkandung), dengan kandungan kobalt sekitar 35,000 mt (kandungan logam). Dengan mempertimbangkan commissioning proyek baru dan pelepasan kapasitas, produksi MHP Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai sekitar 447,000 mt (Ni terkandung), dengan kandungan kobalt sekitar 50,000 mt (kandungan logam).
SMM akan terus memantau perubahan pasar selanjutnya.



