Menurut laporan Mining.com, evolusi lanskap penambangan tembaga global telah membuat eksplorasi dan pengembangan deposit semakin menantang.
Karena bijih tembaga ditemukan pada kedalaman yang lebih besar, biaya ekstraksi sumber daya ini meningkat, dan kesulitan teknis bertambah, yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga tembaga.
Sebuah grafik yang disusun bersama oleh Visual Capitalist - Elements dan BHP menggambarkan kedalaman dan skala penemuan bijih tembaga utama sejak tahun 1900.
Satu Abad Penemuan Bijih Tembaga
Berdasarkan data dari konsultan pertambangan Australia MinEx Consulting dan BHP hingga 2022, grafik tersebut menyoroti penemuan bijih tembaga yang melebihi 3 juta mt setara tembaga.
Penemuan besar terbaru adalah Filo de Sol di Argentina pada tahun 2020, yang terletak 600 meter di bawah permukaan, dengan sumber daya setara tembaga sedikit lebih dari 11 juta mt.
Tambang tembaga Andina yang ditemukan di Chili pada tahun 1955, dengan setara tembaga sebesar 144 juta mt, tetap menjadi penemuan terbesar sejak tahun 1900. Namun, penemuan dekat permukaan dengan skala sebesar ini menjadi semakin langka.
Tambang tembaga Escondida, yang ditemukan pada tahun 1981, terkubur pada kedalaman hanya 40 meter, sangat kontras dengan penemuan deposit yang lebih dalam di kemudian hari, seperti tambang tembaga Resolution yang ditemukan pada tahun 2002 pada kedalaman 1.280 meter.
Masa Depan Penambangan Tembaga
Tren terbaru dalam penemuan bijih tembaga menegaskan bahwa tambang tembaga semakin sulit untuk dikembangkan dibandingkan sebelumnya.
BHP percaya bahwa meskipun daur ulang tembaga akan memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan yang terus meningkat, hal itu tidak cukup untuk menjembatani kesenjangan. Fokus tetap pada peningkatan produktivitas melalui kemajuan teknologi untuk meningkatkan pasokan tembaga primer.
BHP memperkirakan bahwa untuk mengatasi tantangan ini akan membutuhkan investasi sebesar $250 miliar dalam dekade mendatang.



