1. Ekspansi Sisi Penawaran Sangat Signifikan
Pada 2026, pelepasan kapasitas baru secara terkonsentrasi di Indonesia akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan penawaran. Untuk MHP, proyek-proyek baru diperkirakan akan mulai beroperasi, dengan kapasitas MHP Indonesia diproyeksikan mencapai 850 ribu ton dalam kandungan logam, naik lebih dari 85% YoY. Produksi sepanjang tahun di Indonesia diperkirakan mendekati 680 ribu ton dalam kandungan logam, naik lebih dari 45% YoY. Peran pelengkap dari matte nikel bergrade tinggi akan menjadi lebih menonjol pada 2026.
2. Sisi Permintaan Kurang Memiliki Momentum Pertumbuhan
Permintaan menunjukkan divergensi struktural, dengan pertumbuhan keseluruhan yang terbatas. Di sektor energi baru, pajak pembelian NEV bergeser dari pembebasan menjadi pengurangan 50% pada 2026. Didorong oleh kebijakan, pertumbuhan penjualan NEV penumpang diperkirakan akan melambat. Ditambah dengan LFP yang meraih pangsa pasar dari katoda ternary, produksi bahan katoda ternary China diproyeksikan mencapai 760 ribu ton, turun sedikit YoY. Untuk nikel murni, peningkatan proyek baru dan pelepasan kapasitas akan mendorong peningkatan produksi, dengan output diperkirakan mencapai sekitar 1,15 juta mt, naik sekitar 9,5% YoY.
3. Dukungan Biaya yang Jelas
Pelepasan kuota RKAB Indonesia dan bahan bantu utama sulfur akan mendorong naik biaya produk intermediet nikel. Pada 2026, biaya MHP (setelah kredit kobalt) diproyeksikan sekitar $11.000/mt (kandungan logam), naik sekitar 3% YoY, sementara biaya matte nikel bergrade tinggi diperkirakan sekitar $13.800/mt (kandungan logam), naik sekitar 7% YoY. Di sisi bijih nikel, pemerintah Indonesia akan mengontrol harga bijih dan mengadopsi pendekatan berhati-hati terhadap pelepasan kuota RKAB dan kebijakan terkait berdasarkan supply dan demand pasar, secara langsung mendorong naik biaya bijih nikel. Untuk sulfur, pelepasan kapasitas dari proyek MHP Indonesia akan meningkatkan permintaan smelter, mendorong harga sulfur naik YoY.
4. Ringkasan
Pada 2026, pasar produk intermediet nikel akan menghadapi situasi di mana pertumbuhan permintaan tertinggal dari pertumbuhan penawaran. Selain itu, proporsi MHP yang diarahkan untuk produksi nikel murni diperkirakan akan meningkat. Kemajuan persetujuan kebijakan RKAB Indonesia tetap menjadi variabel kunci, dengan perhatian pada biaya produk intermediet dan pelepasan kapasitas hilir.



